Guru Sebagai Pribadi Anti-hoax
Dalam Masyarakat: Sosialisasikan Tentang Berita yang Baik dan Benar
Oleh:
Has Arimi Gayo Mulya, S.Pd
Dalam era kemajuan teknologi
informasi dan komunikasi saat ini, pengguna internet tidak hanya dapat
mengambil informasi, tetapi mereka juga dapat memberi dan menyebarkan informasi.
Penyaringan dan pengawasan penyebaran berita sulit dilakukan secara maksimal
oleh pemerintah. Hoax yang hampir seluruhnya tersebar melalui teknologi
internet, menyebabkan keresahan di masyarakat karena ambiguitas tentang benar
atau tidaknya berita tersebut. Guru sebagai pendidik memiliki peran penting
dalam mengarahkan para siswanya untuk lebih bijak dalam memilih, mengkonsumsi
dan menyebarkan berita. Sosialisasi dan edukasi tentang waspada terhadap bahaya
hoax sangat perlu dilakukan, baik di lingkungan sekolah, keluarga maupun
kolega.
Apa itu Hoax?
Hoax berasal dari bahasa Inggris,
yang artinya berita palsu. Menurut istilah, hoax didefinisikan sebagai informasi
yang sesungguhnya tidak benar dan dibuat seolah-olah benar adanya (Wikipedia). Hoax
atau berita bohong, adalah sebuah ancaman serius dalam bermasyarakat dan
bernegara. Sayangnya, banyak orang yang mengartikan hoax adalah berita yang
tidak disukai dan ini benar-benar keliru. Hoax sebenarnya bukanlah sesuatu yang
baru, tapi sudah sejak ada ratusan tahun sebelum teknologi internet ditemukan. Banyak
hal yang bisa menjadi motif seseorang atau pihak membuat dan menyebarkan hoax. Bisa
jadi itu tentang politik, kesehatan atau makanan.
Common
Sense, sebuah media pendidikan di Amerika Serikat
melakukan survey terhadap 853 siswa usia 10-18 tahun. Berdasarkan survei
tersebut, hanya 44 persen yang bisa membedakan mana yang hoax dan mana berita
yang benar. Bagaimana kita bisa mengetahui apakah sebuah berita itu hoax atau
bukan? Apa akibat dari menyebarnya hoax di masyarakat?
Ada beberapa jenis hoax yang perlu
kita ketahui, yaitu:
1. Hoax
proper; berita bohong yang dibuat secara sengaja. Hoax jenis ini sengaja dibuat
oleh pihak tertentu untuk menipu pembacanya. Berita bohong ini dibuat dengan
kebohongan secara keseluruhan, mulai dari judul hingga isi berita.
2. Hoax
pada judul; isi berita benar tapi judul yang menyesatkan. Hoax ini sering
penulis temukan di media sosial facebook. Cara ini sepertinya digunakan untuk
memancing orang agar mengklik link berita tersebut, untuk mendapatkan jumlah
pengunjung yang sebanyak-banyaknya. Pembaca yang cenderung hanya melihat
judulnya saja dan tak tahu berita yang sebenarnya, berpotensi untuk salah faham.
3.
Hoax berita lama; berita atau kejadian
lama yang diberitakan lagi dengan maksud menyesatkan atau menimbulkan
kesalahpahaman pembaca.
Beberapa hal yang dapat kita lakukan
untuk mencari tahu hoax atau tidaknya suatu berita yaitu: (1) tidak langsung
percaya dengan berita yang baru kita terima; (2) membaca dan mencari berita hanya
dari sumber yang terpercaya; dan (3) jangan menyebarkan berita yang kita
sendiri tidak yakin atas kebenarannya.
Pertama, kita seharusnya jangan
langsung percaya dengan baerita yang baru saja kita dengar atau lihat di media.
Terkadang suatu oknum atau media sengaja membuat, mengedit, melebih-lebihkan
sebuah berita dengan berbagai motif. Misalnya, untuk mendapatkan banyak “like
and share”, memperbanyak rating pengunjung, atau adanya unsur politik dagang
dimana suatu produk menjadi rendah kredibilitasnya di mata masyarakat.
Kedua, carilah berita hanya dari
sumber berita yang terpercaya. Sebelum membaca berita, kenali dulu reputasi dan
kredibilitas media sumber beritanya. Jika berasal dari halaman internet, maka
perlu untuk memperhatikan domain yang dipakai halaman website atau blog
tersebut. Jika halaman tersebut blog pribadi, maka sudah tentu diragukan
kebenarannya, akan tetapi saat ini banyak juga situs yang menggunakan alamat
mirip dengan situs-situs yang kredibel. Kiat sebagai pengguna media hendaknya
tidak melihat jumlah pengunjung atau banyaknya ‘like and share’ halaman, tapi
perhatikan kredibel dan akuratnya berita tersebut.
Ketiga, kita hendaknya tidak
langsung menyebarkan berita yang belum pasti kebenarannya. Teliti dan bijaklah
dalam berbagi informasi. Akan lebih baik jika kita lihat terlebih dahulu
kebenaran berita tersebut dengan membandingkannya dengan sumber lain yang
menyajikan berita yang sama.
Anti-Hoax Sang
Pendidik
Kemajuan teknologi informasi dan
komunikasi membuat siapapun mudah dalam mencari dan menyebarkan informasi.
Karena hal ini, banyak pemberitaan yang menjamur dan sulit untuk difilter
kebenarannya. Ada berita yang merupakan perpanjangan dari media cetak, tapi ada
juga yang tidak mempunyai versi cetak dan yang ini adalah yang paling banyak
saat ini. Jika kesemuanya ini menyajikan informasi yang valid, tentu akan
berguna sekali untuk menambah wawasan. Yang menjadi masalah adalah, tidak semua
dari media tersebut kredibel. Banyak dari mereka yang menyajikan berita hoax.
Apa saja konsekuensi atas
menyebarnya hoax? Beberapa akibat yang utama, antara lain: (1) menimbulkan
kecurigaan bahkan kebencian kepada kelompok tertentu; (2) menyusahkan pihak
tertentu yang tak bersalah; dan (3) dapat mengakibatkan timbulnya kebijakan
yang keliru dari pembuat kebijakan.
Tiap individu tentu memiliki cara
yang berbeda dalam menanggapi suatu masalah. Namun akan lebih bijak untuk
kritis dalam melihat setiap masalah. Berfikir kritis menjadikan kita lebih
mengedepankan rasional daripada perasaan, dan tidak dengan mudahnya mempercayai
berita yang diperoleh.
Hoax umumnya beredar melalui media
sosial. Media sosial yang seharusnya digunakan untuk bersosialisasi dan
berinteraksi secara positif, dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk
menyebarkan informasi yang salah. Hal ini jika dibiarkan dikhawatirkan akan
berpotensi membahayakan masyarakat. Oleh karenanya, perlu dilakukan kegiatan
edukasi khususnya di lingkungan sekolah, keluarga maupun kolega. Pemerintah
dalam hal ini sudah berupaya meminimalisir penyebaran hoax dengan membuat
Undang-undang yang didalamnya mengatur sanksi bagi siapa saja yang dengan
sengaja turut membuat dan menyebarkan hoax.
Lingkungan sekolah adalah yang
paling rentan menjadi sasaran hoax. Hal ini dikarenakan pengguna sosial media
yang terbanyak adalah siswa sekolah, mulai dari tingkat dasar hingga menengah
atas. Di lingkungan sekolah, guru adalah aktor utama dalam mengedukasi tentang
pentingnya berinternet secara positif, dan melatih siswa untuk berfikir kritis
terhadap masalah di sekitar mereka. Guru bisa meminta siswa untuk teliti dalam
menafsirkan judul dan isi berita yang mereka temui di dunia maya, dan
menghimbau para siswa untuk lebih memilih referensi yang legal dan jelas
sebagai sumber informasi.
Selanjutnya dalam lingkungan
keluarga, edukasi dapat dilakukan dengan lebih santai pada waktu-waktu
senggang. Misalnya, pada saat makan bersama seorang ayah bisa mengajak anaknya
ngobrol tentang hoax bertema makanan atau isu-isu kesehatan. Selain itu, orang
tua juga dapat mengawasi konten-konten halaman yang dikunjungi oleh anak saat
mereka berselancar di dunia maya, juga termasuk aplikasi jejaring sosial yang
mereka gunakan.
Yang terakhir, mengajak kolega
teman sekitar dan sejawat untuk waspada terhadap bahaya hoax. Kita tentunya
setiap hari saling berbagi dan bertukar informasi dengan teman di lingkungan
kerja. Tak jarang dalam obrolan santai membicarakan isu-isu dalam ruang lingkup
tertentu; politik, ekonomi kesehatan ataupun makanan. Sebagai contoh,
beredarnya hoax mengkonsumsi vitamin C bersamaan dengan udang dapat
menyebabkankematian. Kita dapat memberi penjelasan bahwa itu tidaklah benar.
Meskipun ada indikasi kontaminasi logam berat dan zat kimia pada udang, itu
tidak berarti dapat menyebabkan keracunan.
Salah satu contoh hoax lainnya yang
pernah dialami penulis adalah beredarnya rumor yang mengatakan bahwa mie instan
tidak boleh dimasak bersamaan dengan bumbunya. Ini karena MSG pada bumbu akan
berpotensi menjadi karsinogen yang bisa menyebabkan kanker. Ini merupakan kabar
yang belum diketahui tentang kejelasan referensinya.
Kesimpulan
Di akhir tulisan ini penulis menyimpulkan
bahwa penting bagi kita untuk lebih bijak dalam mengkonsumsi dan menyebarkan
berita. Waspada memanglah sangat baik dalam berprilaku, akan tetapi informasi
yang kredibel tentu sangat berharga dan penting guna menentukan pola hidup
sehat dan aman.