Pembiasaan Budaya Baca di Sekolah Dasar Sebagai Upaya Pembentukan Karakter
Kamis, 12 Oktober 2017
0
komentar
Oleh
: Has Arimi Gayo Mulya
Abstrak
Sekolah
Dasar berperan penting dalam usaha pembangunan awal karakter individu. Kuat dan
kokohnya karakter individu suatu generasi bangsa memberi pengaruh dalam menentukan
kesejahteraan dan kemajuan bangsa tersebut. Dalam pembangunan dan pembentukan
karakter individu, budaya baca adalah salah satu faktor positif. Dalam
peningkatan minat baca siswa, dunia pendidikan khususnya Sekolah dasar perlu
memperhatikan beberapa hal. Pertama, menyiapkan sarana dan prasarana yang
memadai dan bermutu untuk memfasilitasi dan membantu meningkatkan minat baca
siswa. Kedua, melakukan pengelolaan program budaya baca di Sekolah Dasar,
seperti penerapan program perpustakaan berjalan di sekolah-sekolah secara kontiniu.
Dengan terlatih dan terbiasanya membaca pada usia anak-anak, maka akan lebih
mungkin terbentuknya generasi unggul berkualitas yang tidak hanya memiliki
kompetensi dan keahlian, tapi lebih utama dalam memiliki karakter yang kokoh
dan mantap. Dengan bekal ilmu pengetahuan yang cukup, karakter yang mantap,
serta semangat jiwa membangun yang dimilikinya diharapkan nantinya mereka akan
memainkan perannya sebagai agen perubahan untuk mewujudkan negara yang maju,
arif dan sejahtera.
Pembiasaan Budaya Baca
di Sekolah Dasar Sebagai Upaya Pembentukan Karakter
Dalam
kurun waktu setengah abad terakhir dunia sudah mengalami perubahan yang sangat
pesat. Semua sumber ilmu yang dulu sangat sulit diperoleh, pada zaman sekarang
ini melimpah ruah, dan bahkan terkesan sangat murah. Buku yang awalnya merupakan
sumber utama dalam mempelajari suatu bidang ilmu, sekarang sangat jarang
diminati sebagai dampak dari pengalihan perhatian oleh perkembangan teknologi. Barangkali
ini adalah salah satu faktor hasil survey yang dilakukan oleh UNESCO pada tahun
2011, yang menyatakan bahwa minat baca yang dimiliki masyarakat Indonesia hanya
0,001 persen atau satu berbanding seribu.
Membaca
adalah salah satu cara yang dilakukan untuk memperoleh informasi. Menurut Lerner
(1988:349) kemampuan membaca merupakan dasar untuk menguasai berbagai bidang
studi. Jika anak pada usia setingkat Sekolah Dasar tidak segera memiliki
kemampuan membaca, maka ia akan mengalami banyak kesulitan dalam belajar pada
tingkatan berikutnya. Membaca tidak hanya dapat memperluas wawasan, tapi juga
bisa mengembangkan kepribadian suatu individu sehingga tercipta karakter yang
kokoh dan dinamis.
Jika
dihubungkan dengan karakter, tentu kita perlu memahami istilah karakter
terlebih dahulu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, karakter diartikan
sebagai tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang
membedakan seseorang dengan yang lain. Doenie Koesumo A. memahami karakter sama
dengan kepribadian. Kepribadian dianggap ciri atau karakteristik atau gaya atau
sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang
diterima oleh lingkungan (Muslich: 2011). Dengan demikian, karakter merupakan watak
atau kepribadian seseorang dan dapat dibentuk dari lingkungan dan salah satunya
adalah lingkungan hasil dari proses penggambaran konteks yang diperoleh dari
kebiasaan membaca.
Sebuah
studi bertema “Most Littered Nation in the World” yang dilakukan oleh Central
Connecticut State University pada Maret 2016 lalu, menyatakan bahwa Indonesia
berada di peringkat 60 dari 61 negara dalam hal minat baca. Padahal jika
menimbang dari segi penilaian infrastruktur untuk mendukung minat baca,
Indonesia berada di atas negara-negara Eropa. Di sisi lain, dunia perbukuan di
Indonesia pada saat ini juga bisa dikatakan berkembang. Berdasarkan jumlah buku
yang beredar di toko-toko buku besar, Indonesia menerbitkan tidak kurang dari 12.000
judul buku setiap tahunnya. Dari sini jelaslah bahwa yang menjadi faktor utama untuk
meningkatkan minat baca adalah perlunya pembiasaan sejak usia dini.
Apa
yang dapat dilakukan untuk memacu minat baca siswa Sekolah Dasar dan membuat
mereka terbiasa untuk membaca? Ada dua faktor penting yang perlu kita
perhatikan, yaitu memastikan tersedianya fasilitas yang memadai yaitu ruang
perpustakaan untuk membantu siswa mengembangkan minat baca mereka, dan melakukan
pengelolaan program peningkatan budaya baca secara efektif dan kontiniu di
Sekolah Dasar seperti penerapan program perpustakaan berjalan di lingkungan sekolah.
Secara
umum perpustakaan ada di setiap instansi pendidilkan formal, terutama sekolah.
Adanya perpustakaan sangat membantu bagi kelancaran proses pembelajaran dan
keberlangsungan pendidikan. Namun kenyataan umum yang kita temui, hal tersebut
tidaklah berjalan dengan sempurna. Disamping dari aspek finansial sekolah yang
kurang memadai untuk mewujudkan hal tersebut, juga kurangnya kesadaran individu
akan fungsi dari perpustakaan sekolah. Beberapa kebiasaan-kebiasaan negatif
yang menjadi kendala berkembangnya perpustakaan, antara lain:
1. Posisi
perpustakaan yang tidak strategis atau penataan ruang yang kurang pas untuk
menunjang proses pembelajaran di sekolah.
2. Koleksi
perpustakaan yang kurang lengkap, dimana pada umumnya sekolah hanya menyediakan
buku-buku pelajaran yang merupakan droping dari pemerintah.
3. Keterbatasan
waktu pemanfaatan perpustakaan, dimana siswa hanya bisa mengunjungi dan
meminjam buku hanya pada jam istirahat saja.
4. Guru-guru
tidak secara rutin atau bahkan tidak pernah menghimbau peserta didik untuk
mengunjungi perpustakaan.
5. Guru-guru
sendiri jarang ke perpustakaan, dan kurang tahu isi perpustakaan.
6. Pengelola
perpustakaan juga jarang mempromosikan perpustakaannya secara aktif dan
kreatif.
Jika
kebiasaan-kebiasaan negatif ini terus menerus diterapkan, maka perpustakaan
sekolah hanyalah menjadi “Gudang Buku” saja, tanpa adanya tindakan pemberdayagunaan.
Hal ini umum terjadi di sekolah-sekolah dasar di Indonesia terutama di pedesaan
dan daerah terpencil, belum berubah dan terus berlanjut hingga sekarang. Sudah
seharusnya perpustakaan sekolah dioptimalkan fungsinya sebagai salah satu
sarana atau fasilitas vital untuk mencapai tujuan pembelajaran yang maksimal.
Dalam hal ini pihak sekolah pun dapat menerapkan strategi optimalisasi layanan
perpustakaan sekolah untuk meningkatkan minat baca siswa.
Sebuah
studi situs berjudul “Pengelolaan Perpustakaan Sekolah Dasar” oleh Fajar
Mahendra pada tahun 2015 menyatakan bahwa Pengorganisasian perpustakaan di
Sekolah Dasar tidak hanya mengenai pengelolaan secara struktural saja, tetapi
juga meliputi proses perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing),
penggerakan (actuating), dan
pengawasan (controlling). Proses
penggerakan dilakukan tentu setelah matangnya perencanaan dan pengorganisasian.
Pada proses penggerakan inilah yang menjadi target utama adalah keberhasilan
dalam menarik dan meningkatkan minat baca siswa.
Strategi
lain yang dapat di terapkan adalah program perpustakaan berjalan. Suatu
terobosan mengenai hal ini pernah diterapkan oleh Drs. Agus Wiwoho yang
bekerjasama dengan USAID Prioritas pada tahun 2014, dimana buku-buku bacaan
koleksi sekolah dimasukkan kedalam kotak troli plastik agar mudah dibawa
kedalam kelas atau tempat-tempat yang banyak dikunjungi siswa pada saat jam
istirahat. Program budaya baca yang sudah berjalan selama 2 tahun ini berhasil
membuat minat baca siswa menjadi meningkat. Pada saat jam istirahat banyak
siswa yang tampak asyik membaca buku. Buku-buku yang ada didalam keranjang
troli diganti-ganti sehingga siswa dapat membaca beragam buku. Selain itu,
program perpustakaan berjalan ini dapat mengatasi sempitnya ruang perpustakaan
sekolah.
Dalam
hubungannya dengan peningkatan karakter, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) merumuskan
fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang harus digunakan dalam mengembangkan
upaya pendidikan di Indonesia. Pasal 3 UU Sisdiknas menyebutkan, “Pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertawakal kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab”. Tujuan pendidikan nasional ini merupakan rumusan mengenai kualitas
manusia Indonesia yang harus dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Oleh
karena itu, rumusan tujuan pendidikan nasional menjadi dasar dalam pengembangan
pendidikan karakter bangsa.
Pembiasaan
budaya baca terhadap siswa di lingkungan Sekolah Dasar sangatlah berpengaruh
dalam pembentukan karakter generasi bangsa di masa yang akan datang. Oleh
karena itu, pembentukan dan pengembangan karakter bangsa hanya dapat dilakukan
melalui pembentukan dan pengembangan karakter individu seseorang. Memang diakui
bahwa hasil dari pendidikan tidaklah dapat terlihat dengan segera, akan tetapi
hasil tersebut akan memiliki dampak yang kuat dan tahan lama dalam masyarakat
di masa yang akan datang.
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Pembiasaan Budaya Baca di Sekolah Dasar Sebagai Upaya Pembentukan Karakter
Ditulis oleh Arimigayo
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke https://arimigayo.blogspot.com/2017/10/pembiasaan-budaya-baca-di-sekolah-dasar.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh Arimigayo
Rating Blog 5 dari 5
0 komentar:
Posting Komentar